Paus Leo berbicara tentang sinema 🎞️ "Logika algoritma cenderung mengulangi apa yang 'berhasil', tetapi seni membuka apa yang mungkin. Tidak semuanya harus langsung atau dapat diprediksi. Pertahankan kelambatan ketika melayani suatu tujuan, keheningan ketika berbicara dan perbedaan ketika menggugah. Kecantikan bukan hanya sarana untuk melarikan diri; itu, di atas segalanya, adalah doa. Ketika sinema itu otentik, itu tidak hanya menghibur tetapi juga menantang. Ini mengartikulasikan pertanyaan-pertanyaan yang berdiam di dalam diri kita dan kadang-kadang bahkan memicu air mata yang tidak kita ketahui perlu kita ungkapkan" "Memasuki bioskop seperti melewati ambang pintu. Dalam kegelapan dan keheningan, penglihatan menjadi lebih tajam, hati terbuka, dan pikiran menjadi reseptif terhadap hal-hal yang belum dibayangkan ... Kita hidup di zaman di mana layar digital selalu menyala. Ada arus informasi yang konstan. Namun, sinema lebih dari sekadar layar; Ini adalah persimpangan keinginan, ingatan, dan pertanyaan. Ini adalah perjalanan sensorik di mana cahaya menembus kegelapan dan kata-kata bertemu dengan keheningan. Saat plot terungkap, pikiran kita terdidik, imajinasi kita meluas, dan bahkan rasa sakit dapat menemukan makna baru" "Fasilitas budaya, seperti bioskop dan teater, adalah jantung komunitas kita karena berkontribusi untuk membuatnya lebih manusiawi. Jika sebuah kota hidup, sebagian berkat ruang budayanya. Kita harus menghuni ruang-ruang ini dan membangun hubungan di dalamnya, hari demi hari. Meskipun demikian, bioskop mengalami penurunan yang meresahkan, dengan banyak yang dipindahkan dari kota dan lingkungan. Lebih dari sedikit orang mengatakan bahwa seni sinema dan pengalaman sinematik berada dalam bahaya. Saya mendesak lembaga untuk tidak menyerah tetapi bekerja sama dalam menegaskan nilai sosial dan budaya dari kegiatan ini"